Dalam ekonomi, hasil yang semakin menurun ( juga disebut sebagai hasil tambahan yang semakin menurun
) merujuk pada bagaimana nilai penambahan produksi dari sebuah factor
produksi mulai mengalami penurunan, saat factor produksi tersebut
meningkat, berlawanan terhadap peningkatan yang seharusnya normal
diharapkan. Berdasarkan hubungan ini, dalam sebuah system produksi
dengan input-input tetap dan variabel, ( seperti ukuran pabrik dan jumah
tenaga kerja ), setiap tambahan unit faktor produksi variabel (yaitu,
orang-jam) menghasilkan peningkatan yang semakin mengecil pada output,
yang berarti juga mengurangi produktivitas setiap pekerja. Sebaliknya,
memproduksi satu unit output membutuhkan biaya yang lebih besar (karena
jumlah input variabel utama yang digunakan, pengaruhnya sangat kecil).
Konsep ini juga dikenal sebagai Hukum Hasil Tambahan Yang Semakin Menurun atau Hukum Peningkatan Biaya Relatif.
Pernyataan Hukum
Hukum hasil yang semakin menurun di deskripsikan sebagai salah satu
hukum terkenal dalam bidang ekonomi. Pada kenyataannya, hukum ini
berpusat pada teori produksi, salah satu dari dua bidang utama dalam
teori mikro ekonomi neo klasik. Hukum ini menyatakan “Bahwa kita akan
semakin mengalami penurunan ekstra output/hasil saat kita terus
menambahkan satu input produksi, sementara factor produksi yang lain
tetap. Dengan kata lain, tambahan / marginal produksi untuk setiap unit
input akan menurun seiring dengan peningkatan jumlah input tertentu
sementara input ( factor produksi ) lain tetap.” Penjelasan ini
menjelaskan dengan gamblang mengapa hukum ini terbukti benar terhadap
beberapa masalah.
Hasil yang semakin menurun dan hasil tambahan yang semakin menurun
bukanlah hal yang sama. Hasil tambahan yang semakin menurun ditunjukkan
pada kurva MPL yang menurun. Output/hasil nya bisa negative
ataupun positif. Hasil yang semakin menurun adalah tenaga kerja tambahan
menyebabkan penurunan output/hasil yang berarti bahwa MPL
bernilai negative. Dengan kata lain, perubahan dalam input tenaga kerja
per unit adalah negatif dan menyebabkan total ouput menjadi menurun.
Sejarah
Konsep hasil yang semakin menurun ini dapat ditelusuri dari
kekhawatiran dari para ekonomis terdahulu, seperti Johann Heinrich Von
Thunen, Turgot, Thomas Mathus dan David Ricardo. Namun, para ekonom
klasik seperti Malthus dan Ricardo dikaitkan terhadap penurunan
berturut-turut terhadap output terhadap penurunan kualitas input
produksi. Ekonom Neo klasik berpendapat bahwa setiap “unit” dari tenaga
kerja adalah identik = homogeny sempurna. Hasil yang semakin berkurang
berhubungan dengan gangguan dari keseluruhan proses produktif sebagai
tambahan unit tenaga kerja yang ditambahkan ke jumlah modal tetap.
Karl Marx mengembangkan versi hasil yang semakin berkurang dalam
teorinya “Kecenderungan Penurunan Laba” yang dijabarkan dalamVolume III
Capital.
Contoh
Misalkan 1 kg bibit ditebarkan pada sebuah lahan yang memproduksi
tetap 1 ton panenan. Anda mungkin berharap bahwa tambahan 1 kg bibit
akan menambah hasil panenan. Namun, jika telah terjadi nilai tambah yang
semakin menurun, maka tambahan 1 kg bibit tadi akan menghasilkan kurang
dari 1 ton tambahan panenan ( cateris paribus ). Sebagai contoh,
tambahan 1 kg bibit yang kedua, mungkin hanya akan menghasilkan ½ ton
tambahan output/panenan. Nilai tambah yang semakin berkurang juga
berlaku pada tambahan 1 kg bibit yang ketiga, yang bahkan hanya akan
menghasilkan kurang dari ½ ton tambahan panenan, anggaplah ¼ ton.
Dalam ilmu ekonomi, istilah “marginal” digunakan untuk menjelaskan
batas produktivitas dalam sebuah system produksi. Perbedaan dalam
penambahan bibit dalam 3 skenario diatas adalah 1 kg – “tambahan
marginal bibit adalah 1 kg.” Dan perbedaan hasil panenannya, adalah 1
ton untuk 1 kg bibit yang pertama, ½ ton panenan untuk 1 kg bibit yang
kedua, dan ¼ ton panenan untuk 1 kg bibit yang ketiga. Dengan demikian,
produk fisik marginal (MPP) benih akan jatuh seiring dengan
meningkatnya jumlah bibit yang ditanam. Dalam contoh ini, produk
marjinal (atau penurunan) sama dengan jumlah tambahan panenan yang
dihasilkan dibagi dengan jumlah tambahan benih yang ditanam.
Sebagai akibat dari hasil tambahan yang semakin berkurang adalah
bahwa saat total penambahan bibit meningkat, maka total pengembalian
investasi/penambahan yang merupakan proporsi dari total investasi (
rata-rata produk atau hasil ) menurun. Hasil dari penambahan 1 kg yg
pertama adalah 1 ton/1 kg. Total hasil saat 1 kg bibit yang ke dua
ditambahkan adalah 1.5 ton/2 kg = 0.75 ton/kg, sedangkan total hasil
saat 1 kg bibit yang ketiga ditambahkan adalah 1.75 ton/3 kg = 0.58
ton/kg.
Contoh lainnya adalah sebuah pabrik yang memiliki jumlah modal yang
tetap, atau peralatan dan mesin, dan penawaran variable tenaga kerja.
Saat perusahaan meningkatkan jumlah pekerja, hasil total perusahaan
meningkat namun, jumlah peningkatannya selalu menurun. Hal ini
disebabkan, setelah titik tertentu, pabrk menjadi terlalu sesak dan
pekerja mulai mengantri untuk menggunakan mesin-mesin. Solusi jangka
panjang bagi masalah ini adalah meningkatkan modal tetap perusahaan,
seperti membeli mesin-mesin baru dan membangun lebih banyak pabrik.
Hasil dan Biaya
Terdapat hubungan terbalik antara tingkat pengembalian input dan
biaya produksi. Misalkan bahwa 1 kg bibit berharga 1 dollar, dan harga
ini tidak berubah ; meskipun ada biaya-biaya lain, anggaplah bahwa
biaya2 ini tidak mempengaruhi jumlah ouput/hasil dan merupakan biaya
tetap. 1 kg bibit menghasilkan 1 ton panenan, sehingga 1 ton pertama
berbiaya 1 dollar untuk memproduksinya. Karena itu, untuk 1 ton panenan
pertama, biaya marginal ( MC) nya adalah $1 /ton. Jika tidak perubahan
dalam factor produksi lain, maka 1 kg bibit yang kedua yang ditambahkan
ke lahan hanya menghasilkan ½ dari hasil yang pertama, maka MC = $1 per ½
ton hasil, atau $2 per 1 ton. Hal yang sama terjadi, jika 1 kg yang
ketiga ditambahkan, hanya mengahasilkan tambahan ¼ ton, maka MC = $1 per
¼ ton atau $4 per ton. Dengan demikian, hasil marginal yang semakin
menurun mengakibatkan peningkatan biaya marginal. Hal ini juga
mengakibatkan pada meningkatkan biaya rata-rata. Dalam contoh
angka-angka, biaya rata2 naik dari $1 per ton, menjadi $2 per 1.5, dan
kemudian menjadi $3 untuk 1.75 ton, atau sekitar 1 hingga 1.3 hingga 1.7
dolar per ton.
Dalam contoh ini, biaya marginal sama dengan tambahan jumlah uang
yang dibelanjakan untuk bibit dibagi dengan tambahan jumlah hasil
panenan, sementara biaya rata-rata adalag jumlah total uang yang
dibelanjakan untuk bibit dibagi dengan jumlah total hasil panenan.
Biaya juga dapat disebutkan dengan istilah biaya kesempatan. Dalam
hal ini, hukum juga berlaku terhadap masyarakat ; biaya kesempatan untuk
memproduksi satu unit baraang secara umum bertambah saat masyarakat
mengusahakan untuk memproduksi lebih banyak barang. Hal ini menjelaskan
penyimpangan dari batas kemungkinan produksi.
Pengukuran Hasil
Hasil marginal dibahas dengan melihat pada kasus ketika hanya satu
dari banyak input mengalami peningkatan ( sebagai contoh, jumlah bibit
yang meningkat, namun jumlah lahan tetap ). Jika semua input / factor
produksi meningkat, maka peningkatan hasilnya akan tetap.
Saat sebuah perusahaan dalam jangka panjang meningkatkan jumlah semua
factor produksi, maka semuanya akan menjadi seimbang, awalnya laju
peningkatan output mungkin lebih cepat daripada laju peningkatan input,
lalu kemudian output dapat meningkat dalam proporsi yang sama sebagai
input, maka akhirnya, output akan meningkat kurang proporsional dari
input.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar